Kamis, 19 Mei 2016

KRIM DAN PASTA


  1. CREAM

1.1 Pendahuluan                                      
Menurut Farmakope Indonesia Edisi III, krim adalah bentuk sediaan setengah padat, berupa emulsi mengandung air tidak kurang dari 60% dan dimaksudkan untuk pemakaian luar.
Menurut Farmakope Indonesia Edisi IV, krim adalah bentuk sediaan setengah padat mengandung satu atau lebih bahan obat terlarut atau terdispersi dalam bahan dasar yang sesuai.
Menurut Formularium Nasional, krim adalah sediaan setengah padat, berupa emulsi kental mengandung air tidak kurang dari 60% dan dimaksudkan untuk pemakaian luar.
Secara tradisional istilah krim digunakan untuk sediaan setengah padat yang mempunyai konsistensi relatif cair di formulasi sebagai emulsi air dalam minyak(a/m) atau minyak dalam air (m/a).

1.2 Penggolongan krim
Krim terdiri dari emulsi minyak dalam air atau dispersi mikrokristal asam-asam lemak atau alkohol berantai panjang dalam air yang dapat dicuci dengan air dan lebih ditujukan untuk pemakaian kosmetika dan estetika.
Ada dua tipe krim, yaitu:
1.          Tipe a/m, yaitu air terdispersi dalam minyak
Contoh : cold cream
Cold cream adalah sediaan kosmetika yang digunakan untuk maksud memberikan rasa dingin dan nyaman pada kulit, sebagai krim pembersih, berwarna putih dan bebas dari butiran. Cold cream mengandung mineral oil dalam jumlah besar.
2.          Tipe m/a, yaitu minyak terdispersi dalam air
Contoh: vanishing cream
Vanishing cream adalah sediaan kosmetika yang digunakan untuk maksud membersihkan, melembabkan dan sebagai alas bedak. Vanishing cream sebagai pelembab (moisturizing) meninggalkan lapisan berminyak/film pada kulit.

1.3 Kelebihan dan kekurangan sediaan krim
  1. Kelebihan sediaan krim, yaitu:
    1. Mudah menyebar rata
    2. Praktis
    3. Mudah dibersihkan atau dicuci
    4. Cara kerja berlangsung pada jaringan setempat
    5. Tidak lengket terutama tipe m/a
    6. Memberikan rasa dingin (cold cream) berupa tipe a/m
    7. Digunakan sebagai kosmetik
    8. Bahan untuk pemakaian topikal jumlah yang diabsorpsi tidak cukup beracun.

  1. Kekurangan sediaan krim, yaitu:
1.     Susah dalam pembuatannya karena pembuatan krim harus dalam keadaan panas
2.     Gampang pecah disebabkan dalam pembuatan formula tidak pas
3.     Mudah kering dan mudah rusak khususnya tipe a/m karena terganggu sistem campuran terutama disebabkan oleh perubahan suhu dan perubahan komposisi disebabkan penambahan salah satu fase secara berlebihan.

1.4 Bahan-bahan penyusun krim
Formula dasar krim, antara lain:
1.     fase minyak, yaitu bahan obat larut dalam minyak, bersifat asam
Contoh: asam stearat, parafin liq, cetaceum, cera, vaselin dan lain-lain.
2.     fase air, yaitu bahan obat yang larut dalam air, bersifat basa
Contoh: Natr. Tetraborat (borax, Na. Biborat), TEA, NaOH, KOH, gliserin dan lain-lain.

Bahan-bahan penyusun krim, antara lain:
Ø  Zat berkhasiat
Ø  Minyak
Ø  Air
Ø  Pengemulsi
Ø  Bahan Pengemulsi
Bahan pemgemulsi yang digunakan dalam sediaan krim disesuaikan dengan jenis dan sifat krim yang akan dibuat /dikehendaki. Sebagai bahan pengemulsi dapat digunakan emulgide, lemak bulu domba, setaseum, setil alkohol, stearil alkohol, trietanolamin stearat, polisorbat, PEG.
Bahan-bahan tambahan dalam sediaan krim, antara lain:
ü  Zat pengawet, untuk meningkatkan stabilitas sediaan
Ø  Bahan Pengawet
Bahan pengawet sering digunakan umumnya metil paraben (nipagin) 0,12-0,18%, propil paraben (nipasol) 0,02-0,05%.
ü  Pendapar, untuk mempertahankan pH sediaan
ü  Pelembab
ü  Antioksidan, untuk mencegah ketengikan akibat oksidasi oleh cahaya pada minyak tak jenuh.

1.5 METODE PEMBUATAN KRIM
            Pembuatan sediaan krim meliputi proses peleburan dan proses emulsifikasi. Biasanya komponen yang tidak bercampur dengan air seperti minyak dan lilin dicairkan bersama-sama di penangas air pada suhu 70-75 °C, sementara itu semua larutan berair yang tahan panas, komponen yang larut dalam air dipanaskan pada suhu yang sama dengan komponen lemak. Kemudian larutan berair secara perlahan-lahan ditambahkan ke dalam campuran lemak yang cair dan diaduk secara konstan, temperatur dipertahankan selama 5-10 menit untuk mencegah kristalisasi dari lilin/lemak. Selanjutnya campuran perlahan-lahan didinginkan dengan pengadukan yang terus-menerus sampai campuran mengental. Bila larutan berair tidak sama temperaturnya dengan leburan lemak, maka beberapa lilin akan menjadi padat, sehingga terjadi pemisahan antara fase lemak dengan fase cair.

1.6 PENGEMASAN
Sediaan krim dikemas sama seperti sediaan salep yaitu dalam botol atau tube.

1.7 STABILITAS SEDIAAN KRIM
Sediaan krim dapat menjadi rusak bila terganggu sistem campurannya terutama disebabkan oleh perubahan suhu dan perubahan komposisi karena penambahan salah satu fase secara berlebihan atau pencampuran dua tipe krim jika zat pengemulsinya tidak tercampurkan satu sama lain. Pengenceran krim hanya dapat dilakukan jika diketahui pengencer yang cocok. Krim yang sudah diencerkan harus digunakan dalam waktu satu bulan.

RESEP
1.     FORMULA I
R/        Parafin liq                  12,75
Cetaceum                    1,625
Acid stearic                1,6
Cera alba                     0,625
TEA                            0,2
Natr. Biborat               0,2
Gliserin                       0,25
Parfum                                    q.s.
Aqua ad                       25
m.f. cold cream
s.u.e.
           
Pro : Diana
2.     PENIMBANGAN
Parafin liq                   =          12,75 g
Cetaceum                    =          1,6 g
Acid stearic                =          1,6 g
Cera alba                     =          625 mg ∞ 600 mg
TEA                            =          200 mg
Natr. Biborat               =          200 mg
Gliserin                       =          250 mg
Aqua                           =          25 – (12,75+ 1,625+ 1,6+ 0,62 + 0,2+ 0,2+ 0,85)
=          7,75ml
Parfum                                    =          2 tetes (penimbangan dapat diabaikan)
3.     PEMBUATAN
Persyaratan yang harus diingat:
-        Komponen yang tidak dapat bercampur dengan air atau dengan kata lain komponen minyak serta tahan pemanasan dicairkan bersama-sama di penangas air pada suhu 70-750C.  Dalam hal ini : parafin liq, cetaceum, acid stearic dan cera alba
-        Komponen yang larut air dan tahan panas dilarutkan dalam air panas dengan suhu yang sama dengan komponen lemak. Dalam hal ini : TEA

Posedur Kerja
·       Tara cawan, timbang parafin liquid di dalamnya
·       Kemudian timbang  cetaceum, acid stearic dan cera alba di kertas perkamen
·       Lebur parafin liq bersama dengan cetaceum, acid stearic, dan cera alba di atas water bath (penangas aiar)
·       Sambil menunggu leburan, panaskan lumpang (70-75)0C.
·       Selanjutnya tara kaca arloji, timbang TEA didalamnya
·       Timbang  Natrium Biborat di atas perkamen
·       Kalibrasi beaker glass sebanyak aqua yang diperlukan dengan gelas ukur, beri tanda.
·       Setelah leburan mencair, gerus searah didalam lumpang panas
·       Isi beaker glass dengan air panas sampai batas tanda dan larutkan TEA ke dalamnya
·       Setelah larut, masukkan larutan tersebut sedikit demi sedikit kedalam lumpang panas yang berisi hasil leburan.
·       Tambahkan Natrium Biborat. Gerus kencang searah hingga terbentuk massa cream yang baik
·       Ttambahkan gliserin, homogenkan
·       Kemudian masukkan parfum setelah suhu turun (330C) dan homogenkan.
·       Masukkan Cream ke dalam wadah.


Gliserin                       =          3.33 g ∞ 3.3 g
TEA                            =          330 mg ∞ 300 mg
Aqua                           =          25 - (4,7+ 0,005+ 3,3+ 0,3)
=          16,695 ml












2.     PASTA

2.1.     DEFINISI PASTA
Pasta adalah salep yang mengandung lebih dari 50% zat padat serbuk. Karena merupakan salep yang tebal, keras dan tidak meleleh pada suhu badan maka digunakan sebagai salep penutup atau pelindung. (buku farmasetika, prof. Drs. Moh. Anief, Apt.)
Menurut farmakope Indonesia edisi ke-3 adalah sediaan berupa masa lembek yang dimaksudkan untuk pemakaian luar. Biasanya dibuat dengan mencampurkan bahan obat yang berbentuk serbuk dalam jumlah besar denngan vaselin atau paravin cair atau dengan bahan dasar tidak berlemak yang dibuat dengan Gliserol, musilago atau sabun. Digunakan sebagai antiseptik, atau pelindung.
Sedangkan menurut farmakope Indonesia edisi ke-4 adalah sediaan semi padat yang mengandung satu atau lebih bahan obat yang digunakan untuk pemakaian topical.
Pastes are stiff preparations containing a high proportion of finely powdered solids such as zinc oxide and starch suspended in an ointment. they are used for circumscribe lesions such as those with occur in lichen simplex, chronic eczema, or psoriasis. they are less occlusive than ointments and can be used to protect inflamed, lichenified, or excoriated skin. (British National Formulary Bag-2)
Menurut DOM, Pasta adalah sediaan semi padat dermatologis yang menunjukkan aliran dilatan yang penting. Ketika digunakan, pasta memiliki nilai yield tertentu dan tahan untuk mengalir meningkat dengan meningkatnya gaya pada penggunaan. Pasta biasanya disiapkan dengan menambahkan sejumlah serbuk yang tidak larut yang signifikan (biasanya 20% atau lebih) pada basis salep konvensional sehingga akan merubah aliran plastis dari salep menjadi aliran dilatan.
Menurut Scoville’s , Pasta terkenal pada daerah dermatologi dan tebal, salep kental dimana pada dasarnya tidak melebur pada suhu tubuh, sehingga membentuk dan menahan lapisan pelindung pada area dimana pasta digunakan.
Menurut Prescription, Pasta terbagi menjadi dua kelas seperti sediaan salep untuk penggunaan luar. Pasta berlemak seperti pasta ZnO dan pasta tidak berlemak mengandung gliserin dengan pektin, gelatin, tragakan dan lain-lain. Pasta biasanya sangat kental atau kaku dan kurang berlemak dibandingkan dengan salep dimana bahan-bahan serbuk seperti pati, ZnO dan kalsium karbonat pada basisnya memiliki bagian yang tinggi.
Sehingga secara umum pasta adalah sediaan semi padat yang mengandung  satu atau lebih bahan obat yang digunakan secara topikal. Biasanya mengandung serbuk sampai 50% hingga pasta lebih kaku dan kental dan kurang berminyak dibandingkan salep. Pasta tidak melebur pada suhu tubuh dan memberi perlindungan berlebih pada daerah dimana pasta digunakan.

2.2 Macam-macam Pasta
·          Pasta Berlemak
Pasta berlemak merupakan suatu salep yang mengandung lebih dari 50% zat padat (serbuk)
·          Pasta Kering
Mengandung ± 60% zat padat (serbuk).
·          Pasta Pendingin
Merupakan campuran serbuk minyak lemak dan cairan berair dikenal dengan salep 3 dara.
·          Pasta Detifriciae (Pasta Gigi)
Merupakan campuran kental terdiri dari serbuk dan Glycerinum yang digunakan untuk pembersih gigi.
2.3 Karakteristik Pasta
  • Daya adsorbs pasta lebih besar
  • Sering digunakan untuk mengadsorbsi sekresi cairan serosal pada tempat pemakaian. Sehingga cocok untuk luka akut.
  • Tidak sesuai dengan bagian tubuh yang berbulu.
  • Mengandung satu atau lebih bahan obat yang ditujukan untuk pemakaian topikal.
·       Konsistensi lebih kenyal dari unguentum.
  • Tidak memberikan rasa berminyak seperti unguentum.
  • Memiliki persentase bahan padat lebih besar dari pada salep yaitu mengandung bahan serbuk (padat) antara 40 %- 50 %

2.4 Kelebihan Pasta
  • Pasta mengikat cairan secret, pasta lebih baik dari unguentum untuk luka akut dengan tendensi mengeluarkan cairan
  • Bahan obat dalam pasta lebih melekat pada kulit sehingga meningkatkan daya kerja local
  • Konsentrasi lebih kental dari salep
  • Daya adsorpsi sediaan pasta lebih besar dan kurang berlemak dibandingkan dengan sediaan salep.

2.5 Kekurangan Pasta
·       Karena sifat pasta yang kaku dan tidak dapat ditembus, pasta pada umumnya tidak sesuai untuk pemakaian pada bagian tubuh yang berbulu.
·        Dapat mengeringkan kulit dan merusak lapisan kulit epidermis
·       Dapat menyebabkan iritasi kulit

2.6 TEORI PEMBENTUKAN
            Umumnya pasta dibuat dengan cara yang sama dengan salep. Tetapi, bahan untuk menggerus dan menghaluskan digunakan untuk membuat komponen serbuk menjadi lembut, bagian dari dasar ini sering digunakan lebih banyak daripada minyak mineral sebagai cairan untuk melembutkan pasta. Untuk bahan dasar yang berbentuk setengah padat, dicairkan terlebih dahulu, setelah itu baru kemudian dicampur dengan bahan padat dalam keadaan panas agar lebih tercampur dan homogen.
Pembuatan pasta dilakukan dengan dua metode :
1.      Pencampuran
Komponen dari pasta dicampur bersama-sama dengan segala cara sampai sediaan yang rata tercapai.
2.      Peleburan
Semua atau beberapa komponen dari pasta dicampurkan dengan meleburkannya secara bersamaan, kemudian didinginkan dengan pengadukan yang konstan sampai mengental. Komponen-komponen yang tidak dicairkan biasanya ditambahkan pada campuran yang sedang mengental setelah didinginkan dan diaduk.

- Bahan dasar pasta : vaselin, lanolin, adepslanae, unguentum simplex, minyak lemak dan parafin liquidum. 
- Pembuatan :  bahan dasar yang berbentuk setengah padat dicairkan lebih dulu, baru dicampur dengan bahan padat dalam keadaan panas agar lebih tercampur dan homogen.

2.7  Basis atau Pembawanya
Pada dasarnya basis yang digunakan dalam formulasi sediaan pasta tidak jauh berbeda dengan basis yang digunakan dalam formulasi sediaan salep, yaitu:
a.      Basis Hidrokarbon
Karakteristik :
*       - Tidak diabsorbsi oleh kulit
*       - Inert
*       - Tidak bercampur dengan air
*       - Daya adsorbsi air rendah
*      - Menghambat kehilangan air pada kulit dengan membentuk lapisan tahan air dan meningkatkan absorbsi obat melalui kulit.
     - Dibagi menjadi 5, yaitu : Soft paraffin, Hard paraffin, Liquid paraffin,  Paraffin substitute, paraffin ointment
Contoh : vaselin, White Petrolatum/paraffin, White Ointment
b.      Basis Absorbsi
- Karakteristik : bersifat hidrofil dan dapat menyerap sejumlah tertentu air dan larutan cair.
- Terbagi :
*      Non emulsi co, basis ini menyerap air untuk memproduksi  emulsi air dalam minyak . Terdiri atas : Wool fat, wool alcohols, beeswax and cholesterol.
*   - Emulsi A/M co, terdiri atas : Hydrous wool fat (lanolin), Oily cream.

c.       Larut Air
Misalnya PEG (polyethylene Glycol) yang mampu melarutkan zat aktif yang tak larut dalam air dan meningkatkan penyebaran obat. Bersifat stabil, tersebar merata, dapat mengikat pygmen dan higroskopis (mudah menguap), sehingga dapat memberikan kenyamanan pada pemakaian sediaan pasta.

d.      Air-misibel, misalnya salep beremulsi.

-        Contoh resep
·     R/    Zinci Oxide 25%
Starch 25 %
Calamine 5 %
White petrolatum qs ad 100 %
m.f 50 g

o  Perhitungan Bahan
Zinc Oxide : 25/100 x 50=12,5 g
Starch : 25/100 x 50=12,5 g
Calamine : 5/100 x 50=2,5 g
White Petrolatum : 50 – (12,5 + 12,5 + 2,5) = 22,5 g

o  Cara Kerja
1. Siapkan alat dan bahan, timbang sesuai kebutuhan
2. Ayak Zinc Oxide dengan ayakan No.100 sebelum ditimbang
3. Campur Zinc Oxide, Starch, dan Calamine, aduk ad homogen
4. Lebur sebagian Vaselin Putih , tambahkan dalam campuran serbuk, aduk ad homogen
5. Tambahkan sisa Vaselin Putih yang tidak di lebur, aduk ad homogen
6. Masukkan ke dalam wadah.
(Anonim, 2011)